Indonesia Gemar Menyumbang
Posted April 17, 2008
on:- In: Crita Singkat | INFO UMUM | Opini
- 5 Comments
Rakyat Indonesia merupakan rakyat yang gemar berfilantropi. Filantropi merupakan kegiatan kedermawanan yang dapat berupa kegiatan menyumbang. Hal ini saya dengar ketika saya menyaksikan suatu acara di salah satu televisi swasta. Dikatakan pada tahun 2007 sebesar 98,6 % masyarakat merupakan masyarakat yang gemar berfilantropi. Data ini diambil dengan jumlah responden dari 11 Kota besar di Indonesia. Filantropi dapat dikatakan menjadi budaya dalam masyarakat. Hal ini membuat saya berpikir rakyat Indonesia ternyata penderma juga ya. Mungkin hal ini ada kaitannya dengan budaya masyarakat Indonesia. Kalau di Indonesia, ketika suatu keluarga kedatangan tamu dan keluarga tersebut sedang makan, maka tamu yang datang dipersilakan untuk makan. Kalau di luar negeri, tamu yang mau datang harus telpon dulu, kalo enggak telpon ga direken 😀 ( hanya guyon ). Awal mulanya filantropi dilakukan oleh personal, lalu diikuti oleh korporat – korporat yang mempunyai benefit yang cukup besar. Bahkan kini sering diwadahi oleh LSM. Para filantropis biasanya meminta feedback atas sumbangan yang dia berikan.
Filantropi rakyat bertuju pada kegiatan – kegiatan seni, budaya, bencana alam, pendidikan, agama dan ekonomi. Tetapi akhir – akhir ini pendidikan dan agama menjadi jarang dijadikan ajang berfilantropi. Hal ini berkaitan dengan semakin berkurangnya sarana tempat menyumbang untuk pembangunan tempat beribadah dalam bidang agama serta situasi akhir ini yang sedang Pilkada. Para Calon Ketua Daerah banyak sekali yang berjanji akan mengurangi biaya pendidikan. ( Alhasil , I don’t know ) Hal ini menjadikan rakyat lebih memilih kegiatan – kegiatan lainnya untuk berfilantropi. Alasan prestise bagaimana ?? Apakah sudah mirip artis Hollywood yang ingin mencari prestise?? Tampaknya trend Indo memang ada yang ke arah sana, tapi untuk saat ini belum begitu tampak.
Sayangnya moral positif bangsa kita ini menjadi rawan jika jatuh pada tangan – tangan yang tidak bertanggung jawab. Selain itu kegiatan filantropi yang masih belum teratur juga menjadi permasalahan. Hal ini menjadikan sering adanya no name dalam kegiatan filantropi. Selain itu ada pandangan yang menyebutkan bahwa kegiatan filantropi yang positif ini jangan sampai menciptakan pengemis – pengemis baru. Hal ini dilandasi dengan prinsip semakin banyak yang memberi semakin banyak pula yang menerima 😀 .
Sebagai arah ke depan, kegiatan filantropi dianjurkan terorganisir dengan baik dengan adanya lembaga – lembaga penyaluran seperti foundation. Selain itu adanya konsep investasi sosial dari kegiatan filantropi sehingga kegiatan tersebut cukup memberi arti yang bermanfaat bagi masyarakat.
1 | rumahkayubekas
April 17, 2008 at 10:18 am
Yup, trims, mencerahkan sekali.
Ditunggu saran dan partisipasinya, agar kegiatan ( semoga positif) peduli batagor sekarang ini dan kedepannya bisa lebih manfaat, tepat sasaran, bukan karena prestise, tidak menciptakan ‘pengemis2’ baru, agar lebih baik terorganisir, dapat lebih memberi arti yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Tetapi tentunya jangan juga hal2 semua diatas tadi malah menjadi penghalang untuk menjadi peduli.
Karena sangat disayangkan jika banyaknya kekhawatiran diatas justru malah menghalangi kepekaan sosial kita. Yang akhirnya tidak terwujud dengan langkah yang lebih nyata.
Yuk kita ngariung di kopdar@republik- kuliner 19 april, sabtu ini, jam 15:00. Baik sekali hal ini kita masukan juga dalam topik kopdar kali ini.
Salam,